Menunggu
takdir-Nya
Masa
peralihan anak-anak menuju kedewasaan membutuhkan perjalanan panjang namun
mengesankan.
Suara
Adzan baru saja meninggalkan gendang telinganya. Setelah tunai kewajibanya, tak
lupa ia membuka mushafnya melantunkan
beberapa ayat di dalamnya. Ditemani suaminya yang tengah mengecek ayat demi
ayat yang telah dihafalkanya. Beberapa menit seletah Affy menutup mushaf
Al-Quran mahar pernikanya, dibukalah pembicaraan antara pasangan muda tersebut.
“Mi, nanti malam umi gak usah masak kita
makan diluar saja” suara lembut memecah suasana dingin menjadi hangat.
“Loh, kenapa? Kan lebih hemat masak
sendiri, apa masakan umi ndak enak?”
“Pingin aja makan berdua sama bidadari
surgaku ini. Masakan umi pokonya paling mantab deh. Walaupun masih enakan
masakan abi” goda suami Affy
“Yah abi ini mau muji apa nyindir sih ” senyumnya tertahan
Senja
datang dengan damai mengubah cerahnya cahaya matahari menjadi gelap dan malam
ditemani semburat cahaya bulan serta bintang-bintang bertebaran di awan hitam. Berangkatlah
pasangan tersebut menuju tempat tujuan makan malam. Bukan Cafe atau restoran
mahal, melainkan kios pedagang kaki lima dipinggir jalan. Tak ada lilin untuk
menunjang malam dalam keromantis Affy dan Kiki. Hanya terlihat bulan digerumbulan
awan. Seakan mengintip pasangan muda ini sedang bercanda dan berbincang lembut.
Saling menguak rahasia masa SMA mereka.
Bercerita semua rasa masa remajanya.
***
Di kota kecil ujung barat pulau Jawa
meraka lahir. Terdaftar menjadi peserta didik dalam tahun yang sama disalah
satu SMA pinggir kota meraka mengenal satu sama lain. Dengan sikap sedikit
tomboy, jiwa petualang Affy sangatlah besar. Dibesarkaan dalam keluarga
traveler membuatnya tertarik dengan hal-hal menantang. Dari berbagai ekskul di
sekolah ia memilih pecinta alam sebagai kegitan tambahan diluar kegitan formal
sekolah. Sering berkegiatan di alam luar Affy tak pernah sekalipun berfikir
membuka kerudung yang telah menutup mahkotanya.
Azki Zaraa Muhammad biasa dipanggil Kiki
ini lahir dalam keluarga sederhana. Sembari
menuntut ilmu, Kiki berjualan di sekolah. Jarak sekolah dan rumahnya
yang jauh memaksa ia mencari tempat tinggal. Akhirnya Kiki memutuskan untuk
nyantri di salah satu pondok dekat sekolahnya. Dia tinggal disana tanpa mengeluarkan
biaya karena prestasinya dalam menghafal Al-Quran. Keluarga kecilnya sangat
kental dalam hal keagamaan. Sejak kecil Kiki dituntut ayahnya untuk menghafal
serta memahami Al-Quran. Selama SMA Kiki
tak terlalu tertarik dengan kegitan ekstrakulikuler. Di awal tahun pelajaran
Kiki hanya mengikuti ekskul kerohanian Islam. Namun menjadi santri di pondok
pesantren membuatnya bersosialisasi dengan banyak kawan dan membuatnya ingin
mencoba tantangan. Akhirnya di tengah semester ia bergabung dalan ekskul
pecinta alam. Dan saat itu Affy dan Kiki berjumpa pertama kalinya.
Hari ini adalah jadwal rutin ekskul
pecinta alam berkumpul. Berhubung ketua ekskul sedang sibuk mengurus organisasi
lainya, maka Affy selaku wakil membuka pembicaraan.
“Assalamu’alaikum.....
Salam pencinta alam..” semangat Affy membara
“Wassalamu’alaikum....
sang penjaga alam” jawab semua anggota
“Oke
berhubung Bang Andri lagi sibuk rapat kali ini ssya pimpin. Kali ini kita membahas
kegitan tahuanan kita. Tahun ini kita hiking kemana, sasaran peserta siapa saja.
Ada usul”
Atmajaya memangakat tangan.
“Iya
Atma?”
“Gimana kalau tahun ini kita hiking ke gunung. Untuk
peserta, anggota wajib berpartisipasi
dan dari kawan-kawan yang bukan anggota boleh ikut dengan beberapa syarat. Jadi
kita tidak terlalu terbebani dengan anak-anak yang bukan anggota pecinta alam”
“Oke usulan bagus Atma. Ada usul lagi? Kalau tidak
kita langsung membahas semua persiapan kegiatan.......”
Belum selesai ia berbicara, terdengar
ketukan pintu markas mereka.
“Assalamu’alaikum....
permisi” suara Kiki memasuki ruangan.
“Wa’alalaikumsalam....
Eh Atma tolong kawan-kawan dipimpin untuk menyiapkan semuanya” Affy mengomando
Atma sampil mendekati pintu menuju pintu markas.
“Ada
apa?” tanya Affy cuek
“Em...
aku mau gabung dengan ekskul ini. Aku udah bilang sama Bang Andri kemarin,
katanya suruh langsung gabung hari ini sam kalian”
“Hah...
gabung? Orang kayak kamu ini mau gabung sama ekskul ini? Bang Andri gimana sih
kok nggak ngasih tau (kesal). Ya udah gabung sama kawan-kawan gih. Eh
bentar namamu siapa? Kamu anak masjidkan?” nada kesalnya masih terdengar.
“Eh
iya sampai lupa, namaku Azki Zaraa Muhammad biasa dipanggil Kiki. Aku bukan
anak masjid tapi aku anak rohis” jawabnya sopan tak menghiraukan nada kesal
Affy.
“Oh,
terserahlah” meninggalkan Kiki yang masih berdiri di pintu.
Semua keperluan telah dibagi dengan
baik oleh Atma. Dan semua anggota telah mengerti tugas-tugasnya. Persiapan acara
tersebut langsung dikejakan semua dengan rapih. Arloji Affy menunjuk angka 4.
Affy mengomando kawan-kawnnya untuk menyudahi semua kegitan di markas itu.
Semua bergegas meninggalkan markas. Setelah semua pulang Affy yang meninggalkan
markas terakhrir bertemu Bang Andri tepat di depan pintu markas. Ia mengomel
dengan adanya Kiki yang masuk menjadi anggota pecinta alam ditengah semester.
“
Kiki itu temanku di pondok pesantren. Azki baik dan punya semangat untuk mentafakuri
alam lewat kegitan pecinta alam ini. Fisiknya juga kuat kok” jawab Bang Andri .
Affy pun tak bisa berbuat apa-apa selain menerima keputusan Bang Andri.
Tiga kali seminggu semua anggota pecinta
alam mengecek semua tanggungjawabnya untuk menyiapkan event mereka. Sikap cuek
Affy tidak berubah sedikitpun pada Kiki. Namun Kiki tetap sopan denganya. Saat
Affy terlihat kesusahan ia selalu menawari bantuan. Tetapi Affy tidak
menghiraukanya.
Sekian waktu dengan persiapan yang matang,
waktu hikingpun tiba. Terdaftar tiga puluh orang sebagai peserta. Duapuluh
empat anggota pecinta alam dan enam orang siswa lain yang sangat tertarik akan
kegitan hiking ini. Mereka berangkat pagi buta. Sampailah mereka di gerbang
awal pendakian. Perjalanan meraka sanagat membuat Affy gembira. Terlepas dari
kegembiraanya itu, dia selalu kesal jika berjalan berjajar dengan Kiki. Entah
apa yang difikirkan Affy. Perasaan Affy selalu aneh jika berada didekatnya. Dan
dalam sepanjang perjalanya bibir Kiki tak lepas dari dzikir memuji alam yang
ada dipandanganya. Setiap dalam waktu istirahat tak lupa Kiki membaca tiga
sampai lima ayat Al-quran yang tak lepas dari genggamanya.
Sampai di camp terakhir, senja sudah
tiba . Camp itu berada di tepi danau dengan air jernih dan ikan berenang
terlihat jelas dari permukaan. Banyak pula pendaki lain yang tengah memancing
saat rombongan Affy sampai di camp tersebut. Tempat luas dengan dikelilingi
bukit-bukit kecil itu adalah titik dimana awal perjalanan menuju puncak yang
sebenarrnya. Tenda-tenda mini segera didirikan sebelum malam merebut cahaya
matahari senja.
“Tau
gitu gua bawa pancingan nih” gumam Jaya.
“Buat
apa coba? Airnya sedingin es gitu apa ada ikan idup disitu?” sahut Bob.
“Aduh
Bob” gerutu Jaya.
Kiki yang tak sengaja mendengar
perbincangan mereka tentang pancing langsung bergegas ke tenda menengok tas
ranselnya. Siapa tahu ada senar pancing dan kailnya tertinggal di tasnya. Tak heran
soalnya kakaknya hobi banget mancing.
“He’em....
pingin mancing ya?” sahut Kiki setelah mengambil senar dan kail yang tertinggal
ditas
“Eh,
iya nih. Kan lumayan buat dibakar gitu. Perutkan nggak keroncongan gitu” jawab
Jaya.
“Ini
nih ada kail dan senar pancing tapi aku nggak bawa joranya” menyodorkan.
“Makasih Ki, sini gua akalin pake
ranting buat joran pancingnya” tambah
Jaya.
Jaya pun beraksi memancing denga
alat ala kadarnya. Setelah beberapa jam memancing ia mendapatkan tiga
ikan. Dan kegelapan langit semakin
pekat, akhirnya Jaya menyudahi kegitan
memancingnya. Berjalan menuju Kiki yang sedari tadi membaca mushafnya didepan
tenda.
“Ngaji
mulu. Nggak capek to? Nih gua dapet ikan. Ini yang satu khusus buat lo Ki.
Soalnya lo udah minjemin alat-alat ini” mengacungkan pancing sederhanyanya.`
“Oh
terima kasih tapi nggak usah buat yang lain aja, aku alergi ikan. Aku mah gak
ada kata capek buat ngaji. Al-quran mah petunjuk buat kita”.
“Eh
Jay, buat aku aja ikanya” suara Affy menyambar perbincangan Jaya dan Kiki.
“Hah
buat elo. Nggak ah ntar lo ambil semua jatah gua. Liat tuh pipi lo udah chubby
gitu”, sahut Jaya nyindir.
“Jay
tawaranya masih berlakukan. Aku ambil deh jatah khususku”, tambah Kiki mengubah
fikiranya.
“oke
ini”, memberikan ikan kepada Kiki.
Affy dari jauh memasang wajah kesal
sambil memegang pipi chubbynya. Waktu telahmasuk jam sholat. Kiki mengingatkan
teman-temanya. Kawan-kawanpun bergegas mengambil air wudhu di danau. Dinginya
tak dihiraukan. Sholatlah mereka berjamaah. Setelah melaksanakan sholat mereka
duduk melingkar mengelilingi api unggung yang mereka buat. Semua tengah sibuk
membuka perbekalan mereka masing-masing. Jaya tengah sibuk membakar ikan
pancingnya. Kiki yang katanya alergi ikan juga membakar ikan pemberian Jaya.
Setelah ikan Kiki matang. Kiki memberikanya ke Lilian.
“Fy,
ini nih ada ikan bakar”, teriak Lilian kepada Affy yang tengah sibuk mencari
barang di ranselnya.
“Apa?
Ikan bakar? Mau”, langsung lari dan duduk disamping Lilian untuk memakan ikan
bajkar tersebut.
Setelah ikanya habis Affy bertanya
kepada Lilian dapat ikan bakar dari siapa.tapi Lilian tidak menjawab. Dari
penglihatan Affy Jaya dan Bob nggak mungkin memberikan ikannya. Ia
menerka-nerka, semua bukti menunjuk ke Kiki. Dalam fikiranya kenapa Kiki selalu
baik kepadanya, padahal dia selalu tidak menghiraukan apapun yang dilakukan
Kiki.
Keesokan harinya mereka melanjutkan
pendakian menuju puncak. Perjalanan mereka tak ada kendala. Dalam perjalan
tersebut saat Affy kesusahan, Kiki selalu ada ditempat itu. Sampai Affy malu
akan sikapnya kepada Kiki. Sampai dipuncak Kiki tidak lepas memuji ciptaan-Nya.
Affy sangat gembira bisa sampai kepuncak. Kegiatan itu ditutup dengan upacara
di puncak dan mengabadikannya dengan kamera. Setelah melihat sunrise mereka
turun dan berkemas untuk kembali ke rumah masing-masing. Samapailah mereka di
rumah masing-masing dengan selamat.
Setelah kegitan itu Affy merubah
sikapnya kepada Kiki. Affy merasa dirinya memiliki ruang untuk Kiki. Setiap
kali Kiki megajak ngobrol saat berkumpul Affy selalu merasa nyaman. Semua
kegitan yang dilakukan bersama membut Affy mengisi ruang kosong itu dengan
semua yang berhubungan dengan Kiki. Tapi Affy tahu bahwa Kiki tak akan
melakukan hal yang biasa dilakukan remaja lain. Dengan adanya Kiki di hati
Affy, Affy mulai merubah perilakunya.
Tak terasa sudah tiga tahun mereka
menuntut ilmu di sekolah itu. Hari ini menjadi pesta kelulusan mereka. Ada rasa
gembira dan sedih pada diri Affy. Gembira karena mereka bisa lulus dan sedih
karena akan terpisah dengan kawan-kawan seperjunganya.
“Ki
aku tahu lo, kamu punya hati sama Affy”, goda Andri.
“Hah
kata siapa?”, elak Kiki.
“Nggak
usah menutupi. Sikap kamu mulai kamu bertemu sama Affy itu udah beda. Buruan
dinyatain ntar keburu jauh lo”, tambah Andri.
“Allah
akan menyatukan mereka yang berjodoh”, jawab Kiki.
Jawaban Kiki membuat Andri mengerti
bahwa dugaanya selama ini benar. Dan mereka melanjutkan studinya masing-masing.
Jarak yang jauh tidak mengurangi perasaan Kiki kepada Affy. Begitupun
sebaliknya ruang kosong Affy telah penuh oleh Kiki. Setiap hari Affy selalu
berdo’a agar bisa bertemu dengan Kiki.
Tujuh tahun telah berlalu. Affy
sudah tidak mendengar kabar teman-temanya. Ia hanya fokus dalam kariernya dalam
berdakwah melalui tulisan tanganya. Sudah banyak bukunya yang telah terbit.
Salah satu bukunya menceritakan perjalanannya saat remaja. Bang Andri telah
menjadi tentara angkatan darat dan ditugaskan diluar kota. Jaya sukses menjadi
pemilik kolam pemancingan. Dan Kiki telah sukses menjadi wirausaha. Dia
mendirikan sebuah pondok pesantren tahfidz
Al-Quran untuk anak-anak di kota kelahiranya. Terlebih lagi semua
anak-anak yang menjadi santri tidak dipungut biaya sedikitpun.
Suatu ketika Kiki menemui Andri. Ia mengungkapkan
bahwa ia ingin melamar Affy. Akhirnya dengan bantuan Andri. Kiki pergi ke rumah
Affy untuk mengungkapkan maksud hatinya. Dengan dipampingi ayah dan ibunya Affy
duduk menunduk disamping ibunya. Hatinya berdebar lebih kencang dari biasanya.
Teringat memori masa SMA ketika ia bersikap cuek dan tidak sopan pada Kiki.
Namun disamping itu ia teringat semua perhatian Kiki saat pendakian. Kiki
menceritakan latar belakang keluarganya, pekerjaan dan alasannya untuk meminang
Affy. Ayahnya mengerti dan setuju jika ia menjadi menantunya, ayahpun
menyerahkan semua keputusan keepada Affy.
“Fy,
kamu sudah tahu maksud pemuda ini. Kamu bisa menjawabnya, Nak?” ucap ayahnya
kepada Affy.
“Iya
Yah, Affy siap jadi pendamping pemuda ini”,jawab Affy.
Semuanya menjadi indah dengan jawaban
tulus Affy. Akhirnya beberapa bulan kemudian mereka melangsungkan akad nikah
dengan balutan Islam yang sangat kental. Allah menciptakan makhluk
berpasang-pasangan dan jodoh adalah mutlak ada ditangan Allah.